Sunday, March 24, 2013

Purwokerto Before I Went to Yogyakarta


Here we go. An article that I made when i was in Senior High School 2 Purwokerto.

TATA KOTA MEGAH  DR. ANGKA PUN BERUBAH



Sepintas kita melihat berbagai jalan di Kota Purwokerto  kini mulai bersaing dengan jalan-jalan di Kota besar lainnya. Kota “Satria” ini seperti tak mau kalah dengan si “Batik” Pekalongan, Kota “Pahlawan” Surabaya, Kota “Pelajar” Yogyakarta, dan kota-kota besar lainnya. Kota-kota besar akan sangat identik dengan adanya pembangunan metode cepat, gedung-gedung pencakar langit, sampai jalan-jalan yang menembus bukit. Mungkin hal itulah yang akan dicapai sebentar lagi di kota Purwokerto. Hanya saja kadang tidak terpikirkan oleh kita sebagai manusia untuk menjaga alam guna menjaga siklus kehidupan di muka bumi ini.
Jalan sebagai salah satu fasilitas yang perlu dipikirkan secara serius  agar kelak tidak merugikan pihak pengendara maupun pejalan kaki. Bagi pengendara, jalan yang lebar dan lenggang  merupakan suatu kebutuhan. Juga agar tidak terjadi penumpahan berbagai kendaraan bermotor yang mengakibatkan padatnya pengguna jalan raya. Berbagai masalah seperti macet, jalan berlubang, lebar jalan yang sangat sempit akan membuat para pengemudi kendaraan bermotor kewalahan. Sehingga pemerintah kota pun akan membuat alternatif untuk membuka jalan dan memperlebarnya agar mempermudah sistem lalu lalang kendaraan bermotor untuk menghindari kemacetan dan resiko kecelakaan. Sebagai contohnya , kini kita dapat melihatnya di jalan Dr. Angka, Purwokerto Timur. Jalan Dr. Angka tempo 2 bulan lalu adalah tempat yang rindang akan pepohonan. Jalannya memang terbilang sempit, tetapi setidaknya asap-asap kendaraan bermotor masih sanggup ditampung si “hijau” disekeliling jalan Dr. Angka sehingga udara pun cukup segar untuk dinikmati para pengguna jalan.
Kini Dr. Angka telah berkembang, berwujud lebar, gundul, dan sangat menyilaukan. Pelebaran jalan Dr. Angka merupakan salah satu kebijakan Pemerintah kota guna mengatasi berbagai problema masyarakat dalam hal transportasi publik. Jalan tersebut telah digunakan sejak lama dan kini jalan tersebut sangat ramai oleh kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Sehingga keputusan yang sangat tepat bagi pemerintah untuk memperlebar jalan tersebut guna mengurangi resiko kemacetan dan mungkin juga resiko kecelakaan. Namun langkah tersebut tak sanggup menutupi segala efek negatif yang timbul akibat pembukaan jalan Dr. Angka. Masalah kompleks yang timbul ialah masalah penghijauan di sekitar jalan Dr. Angka. Sebagai seorang pejalan kaki, tentu kita akan sangat membutuhkan payung alami yang selalu menemani kita dalam menapakkan langkah kaki di Jalan. Payung tersebut adalah pohon-pohon yang kini hanya berwujud aspal yang gersang. Teriknya matahari seolah bebas membakar aspal di jalan sehingga panasnya sampai terasa di sekujur tubuh pengguna jalan. Akibatnya, para pejalan kaki pun enggan keluar rumah saat cuaca cerah di siang hari. Sangat berbeda saat si “Hijau” masih hadir di sekitar kita.
Polusi udara adalah konsekuensi lain yang tak terelakkan akibat pelebaran jalan Dr. Angka. COyang dulu masih dikonsumsi pohon-pohon sekitar, kini bebas berkeliaran di jalan raya yang panas. Mungkin cara paling aman bagi pejalan kaki di Dr. Angka menggunakan masker saat melintas. Sungguh ironis bagi orang-orang yang sudah lanjut usia dan anak-anak, mereka tidak dapat bebas beraktivitas di luar rumah, khususnya di jalan Dr. Angka karena itu akan mengganggu kesehatan mereka. Dengan adanya pelebaran jalan ini, akan mengganggu aktivitas terutama pengguna jalan sebagai pejalan kaki di jalan tersebut.
Mungkin cara yang terlintas oleh Pemerintah Kota Purwokerto hanyalah melakukan penghijauan dengan menanam bibit-bibit pohon di pinggir jalan. Namun, butuh waktu berpuluh tahun lamanya bagi si “hijau” muda untuk tumbuh dan berkembang menjadi payung-payung kehidupan umat manusia. Coba saja, jika kelak semua pohon ditebang guna memenuhi kebutuhan manusia yang tak kunjung mencapai titik kepuasan, tidak akan menutup kemungkinan Bumi akan menjadi padang yang gersang dan pasti akan mengganggu stabilitas alam. Maka dari itu, perlu bagi pemerintah kota untuk memikirkan dalam-dalam masalah tata kota yang lebih efektif dalam memperjuangkan slogan “GO GREEN” yang kini diserukan oleh orang-orang peduli dan pecinta alam di seluruh dunia.(JPS)






Categories:

0 comments:

Post a Comment